Manusia memiliki rencana tapi Tuhan pula yang memutuskan. Perempuan bernama Jemma Webb meninggal dunia 90 menit sebelum melangsungkan pernikahannya.
Perempuan tersebut bernama Jemma Webb. Ia berencana menikah dengan tunangannya, Sabtu lalu sekitar pukul 16:30 waktu setempat namun dia meninggal pada pukul 15.00. Webb meninggal di usianya yang baru menginjak 32 tahun. Ia sudah dimakamkan pada Selasa (27/3).
Pernikahan mereka sebenarnya akan dilangsungkan April mendatang, namun lantaran kondisi Webb yang sudah mulai memburuk akibat kanker ovarium yang dideritanya, pernikahan itu pun diputuskan untuk digelar sesegera mungkin.
Saat memberikan sambutan untuk mengantarkan jenazah tunangannya itu, hati Alex merasa sedih. Namun ia merasa sang kekasih banyak mengilhami banyak perempuan untuk melawan kanker ovarium. "Sebenarnya hari itu adalah hari kebahagiaan kami," ujar Alex. "Di jam 14.00 kondisinya mendadak semakin buruk dan tidak berapa lama kemudian dia sudah pergi," imbuh Alex.
"Dia selalu optimis dapat mengalahkan penyakitnya dan dia katakan kepada setiap orang yang mengalaminya untuk memotivasi mereka," tutur Alex. "Jemma mungkin memiliki kanker namun semua orang kagum dengan apa yang dilakukannya untuk melawan penyakitnya itu," imbuh Alex.
Jemma Webb pertama kali mengalami gejala kanker pada tahun 2008 dan mulai menjalani kemoterapi pada Februari 2010. Dia bekerja dengan Alex di EDF Energy di Exter dan menjadi dekat hanya sembilan bulan sebelum kematian Jemma.
Alex sendiri tidak mengetahui jika perempuan pujaan hatinya itu menderita kanker saat awal-awal perkenalan. "Saya tidak tahu kalau dia sakit," ujarnya.
"Kami menjalani hubungan yang normal seperti orang-orang kebanyakan, tapi dua bulan kemudian kanker langsung menyebar ke hati dan paru-parunya dan aku harus tetap berada disampingnya, karena saya mencintainya" ujar Alex.
Bulan Januari 2012 Alex mulai merencanakan untuk membuat acara pernikahan, namun ia baru mendapatkan jadwal menikah 18 April di Colehayes Park, sebuah mansion Grade II Georgia di Dartmoor National Park.
Namun tanggal 16 Maret, pasangan ini memutuskan untuk memajukan tanggal pernikahan karena kesehatan Jemma semakin memburuk. Mereka mengatur izin khusus untuk mendaftarkan pernikahan mereka dengan sebuah upacara yang direncanakan berlangsung pukul 16.30 pada tanggal 17 Maret. Namun Jemma meninggal pada pukul 15.00 sore, disamping Alex dan keluarganya.
Janet, ibunda Jemma menjelaskan, jika putrinya itu tergabung dalam yayasan Eve Appeal untuk memerangi kanker dengan penelitiannya. Jemma juga berusaha keras mendapatkan uang untuk yayasan tersebut demi penelitian terhadap penyakit kanker. "Dia sangat inspiratif. Dia selalu berpikiran seorlah-olah esok akan menjadi lebih baik," ujar Janet.
"Dia selalu mengatakan kepada pengidap kanker yang sudah menyerah agar selalu bersemangat menjalani hidup dan tidak menyerah dengan penyakit tersebut," imbuhnya.
Dalam perjalanan kampanye penyakit kanker, Jemma juga berusaha menyampaikan pesan ke perempuan muda agar mengerti tentang bahaya kanker ovarium yang disebut-sebut dengan juliukan 'silent killer'.
Jemma telah membuktikan menjadi inspirasi bagi para perempuan pengidap kanker. Banyak pujian terhadap dirinya.
Liz Engel, dari yayasan Eve Appeal mengisahkan tentang pertemuan pertamanya dengan Jemma yang berkesan. "Saya pertama kali berkomunikasi dengan Jemma tahun 2009 ketika ia menulis kepada saya tentang penyakitnya dan khawatir bahwa sebagian besar orang ia tahu tidak menyadari risiko atau gejala yang berhubungan dengan kanker ovarium ," ujarnya.
"Meskipun hidup dengan bayang-bayang penyakit kanker, ia berusaha untuk membatu kami memberitahukan kepada orang lain terutama perempuan muda tentang bahaya kanker ovarium," terangnya. "Saya senang sekali bertemu dengan Jemma karena selalu tampak gembira," imbuh Liz.
http://www.beritasatu.com