Rokok elektronik atau yang dikenal dengan dengan e-cigarette diyakini mampu menggantikan fungsi rokok biasa dan secara perlahan-lahan bisa mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok. Tetapi apakah penggunaan e-cigarette lebih aman dan tidak memiliki efek samping tertentu?
Sebuah studi terbaru menemukan bahwa e-cigarette yang dipasarkan sebagai alternatif yang lebih aman untuk perbaikan nikotin dari produk tembakau ternyata membawa risiko kesehatan tersendiri.
Para peneliti dari Center for Global Tobacco Control di Harvard School of Public Health (HSPH) meminta perokok dewasa sehat untuk merokok e-cigarette selama lima menit.
Kemudian peserta penelitian diminta melakukan tes pernapasan dan rata-rata menunjukkan tanda-tanda penyempitan saluran napas dan peradangan.
"Ini adalah bukti pertama bahwa penggunaan e-cigarette dapat memiliki efek fisiologis akut. Penelitian lebih lanjut tentang efek jangka panjangnya masih perlu dilakukan," kata Konstantin Vardavas, ketua penelitian tersebut seperti dilansir dari hsph, Selasa (1/5/2012).
Rokok elektronik atau e-cigarette adalah produk rokok elektronik yang beroperasi dengan menggunakan baterai. Alat ini akan menghasilkan uap nikotin dan akan masuk ke tubuh Anda ketika menghirupnya.
Perbedaannya adalah, alat ini tidak menghasilkan tar dan zat-zat berbahaya lain yang terdapat di rokok biasa. Tetapi sama halnya dengan koyo nikotin, e-cigarette juga memberi asupan nikotin bagi tubuh.
Pada rokok tembakau biasa, nikotin yang terkandung di dalamnya adalah sebesar 1.1mg per batangnya. Sedangkan e-cigarette memberikan kuota penghirupan nikotin yang jauh lebih rendah di banding dengan rokok tembakau konvensional.
E-cigarette menggunakan sensor aerodinamis untuk mengendalikan asap yang dihasilkan. Pada e-cigarette terdapat cairan berberat jenis rendah yang digunakan untuk memproduksi aroma dan uap melalui transmisi penyalur super mikro yang berbentuk saluran-saluran kecil berongga. Cairan tersebut diatomisasi sehinga menjadi butiran asap berukuran 0.3-1.2um.
sumber :http://health.detik.com/read/2012/05/01/160149/1906161/763/perokok-elektronik-alami-penyempitan-saluran-napas